@31 Mei 2014
Bulan Sya’ban
adalah merupakan bulan persiapan untuk memasuki bulan yang penuh dengan rahmat,
maghfirah dan dijauhkan dari siksa api
neraka. Tidak lain bulan itu adalah bulan Ramadhan, bulan yang selalu
dinantikan oleh orang-orang yang beriman dan yang senantiasa mengharapkan ridha
Allah SWT. Persiapan pada bulan Sya’ban adalah persiapan jasmani untuk
berhati-hati dari godaan hawa nafsu, sehingga jasmani mempersiapkan diri dari
segala yang dapat digunakan untuk menyongsong bulan suci Ramadhan, misalnya
bersih-bersih ingkungan, tempat ibadah, mencuci tikar, karpet, sajadah, rukuh
dan sarung serta segaa yang dapat menunjang kelancaran dalam menjalankan
ibadah. Kesiapan yang bersifat rohani untuk mengasah kepekaan nurani menahan
diri dari lapar dan dahaga serta dorongan hawa nafsu yang dapat merusak
kualitas ibadah, hal ini dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah,
sehingga merasa selalu dekat dengan Allah.
Bulan Sya’ban merupakan bulan yang menjadi kesempatan bagi hamba Allah yang beriman dan bertaqwa, untuk menjadi orang yang diharamkan masuk ke dalam neraka “Barang siapa yang merasa senang akan datangnya bulan Ramadhan maka diharamkan jasadnya masuk ke dalam Neraka (Hadits)”. Baru saja merasa senang sudah demikian besar keutamaannya apalagi bila sampai pada amaliyah, tentu lebih besar lagi keutamaannya. Alangkah baiknya bila pada bulan ini untuk mengkadha puasa, bila ternyata pada tahun yang lalu pernah meninggakan puasa karena sakit, menjadi musyafir atau bagi wanita sedang melahirkan, menyusui atau sedang nifas maka masih ada kesempatan untuk mengqadhanya, agar bulan puasa nanti menjadi lebih ringan di dalam menjankan puasa karena merasa tidak mempunyai hutang puasa.
Menurut Yahya bin Mu’adz bahwa Sya’ban terdiri dari lima huruf yaitu syin, ‘ain, ba’, alif dan nun dan masing-masing bernakna sebagai berikut:
1. Syin : syarafatun atau syafa’atun yang berarti kemuliaan dan syafa’at.
2. ‘Ain : Al
’izzah wa karomah yang berarti kemenangan dan karomah.
3. Ba’ : Al Birru
yang berarti kebaikan.
4. Alif : Ulfah
yang berarti rasa belas kasihan.
5. Nun : Nur yang
berarti cahaya.
Itulah sebabnya bulan Rajab menjadi bulan untuk mensucikan tubuh, bulan Sya’ban untuk mensucikan lubuk hati dan Ramadhan untuk mensucikan jiwa/ ruh. Maka barang siapa yang mensucikan tubuhnya di bulan Rajab, sucilah hatinya di bulan Sya’ban, dan siapa yang mensucikan lubuk hatinya di bulan Sya’ban, sucilah jiwanya di bulan Ramadhan (Durrotun Nashihin).
Rasuluah SAW
sebagai pribadi yang maksum namun beliau berbeda yang hamba Allah yang
lain, karena beliau tidak pernah mengandalkan kunci dan garansi, namun
beliau sentiasa merasa kurang didalam melaksanan perintah Allah. Pada bulan
Sya’ban Rasulullah selalu berupaya untuk menyempurnakan ibadahnya sehingga pada
bulan Sya’ban berupaya untuk meraih keutamaan. Sebagaimana hadits yang
diriwayatkan oleh istrinya Siti Aisyah.
“Dari Aisyah;
Rasulullah tidak pernah puasa dalam satu bulan yang lebih banyak dari bulan
Sya’ban. Sesungguhnya beliau berpuasa sebulan penuh pada bulan ini. (Hr.
Bukhari Musim)
“ Dari Abu
Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bila pertengahan bulan Sya’ban telah
dijumpai, maka janganlah berpuasa sunnah. (HR. Turmudzi).
Sungguh banyak
amal ibadah yang dapat dilakukan, baik amalan jasmani maupun rohani.
Mudah-mudahkan antara jasad
dan ruh selalu berjalan untuk menuju pada ridha Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar